Thursday, March 22, 2012

John “Praying” Hyde

Share
Yesaya 62 mengandung saran yang aneh, yaitu menyuruh kita untuk “jangan membiarkan TUHAN tinggal tenang,” harus terus “mendesakNya” dalam doa, dan memohon dengan kegigihan keras kepala sampai ‘mau tidak mau’ TUHAN harus menjawab permintaan kita. Nabi Yesaya memberitahu mereka yang menjaga Yerusalem untuk berdoa dengan ketekunan yang tidak kenal lelah sampai janji Tuhan bagi kota itu digenapi. Ia menyampaikannya seperti dalam ayat 6 dan 7:

“Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kami tinggal tenang, dan janganl biarkan Dia tinggal tenang, sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi.”

Sebuah terjemahan berkata, “Merekan harus mengingatkan Tuhan akan janji-janjiNya…mereka tidak boleh memberiNya ketenangan sampai Ia memulihkan Yerusalem.” (Diterjemahkan dari Today’s English Version.)

Mengingatkan Tuhan akan janji-janjiNya? Tidak memberiNya ketenangan sampai Ia menjawab? Berapa banyak dari kita berdoa seperti itu?
Seorang pria, setelah mempelajari ayat-ayat ini, melakukan hal itu, dan sebagai hasilnya ia diberikan julukan “Praying,” doa.

John “Praying” Hyde tumbuh dewasa di Carthage, Illinois, dalam sebuah keluarga pendeta. Khotbah ayahnya seringkali menyebut kebutuhan-kebutuhan di lading misi luar negeri, dan dalam doa-doa pastoralnya, ia berdoa memohonkan pekerja-pekerja untuk dikirim ke sana. Di McCormick Theological Seminari, John menyerahkan dirinya bagi penginjilan luar negeri, dan setelah lulus, ia berlayar ke Bombay.

John mulanya kewalahan dengan kesulitan iklim dan bahasa. Pelayanannya yang berpindah-pindah membawanya dari desa ke desa, tetapi khotbahnya tidak membuat orang bertobat dan ia menjadi kecil hati.

Kemudian John Hyde menemukan Yesaya 62:6-7 dan menjadikan kata-kata itu sebagai moto pribadinya. Ia mulai berdoa dengan intensitas luar biasa – melewatkan makan, melewatkan pertemuan – melewatkan janji khotbah, menghabiskan siang dan malam dalam doa. Dan dengan terangkatnya doa-doanya, kebangkitan rohani mulai turun ke atas jerih payahnya di India.

Di awal tahun 1908, ia berdoa sungguh-sungguh untuk memenangkan setidaknya satu jiwa bagi Kristus setiap hari. Tanggal 31 Desember, ia mencatat lebih dari empat ratus orang yang bertobat. Tahun berikutnya, Tuhan meletakkan dua jiwa per hari di hatinya, dan doanya sekali lagi dijawab. Tahun berikutnya ia berdoa untuk empat jiwa setiap hari dengan hasil-hasil serupa.

Suatu ketika, ia berhenti disebuah pondok untuk meminta air, dan John “Praying” Hyde memohon kepada Tuhan untuk sepuluh jiwa.
Ia memberitakan Injil pada keluarga itu, dan pada akhir kunjungannya seluruh anggota keluarga yang berjumlah Sembilan orang sudah diselamatkan. Tetapi bagaimana dengan yang kesepuluh? Tiba-tiba seorang keponakan yang sedang bermain di luar, berlari ke ruangan itu dan langsung menerima Kristus.

Karya misionari Hyde yang hebat mengalir dari kehidupan doanya seperti air dari keran, dan akhirnya ia mencurahkan seluruh tenaganya untuk berdoa, berlutut, malam demi malam, tahun demi tahun, mengingatkan Tuhan akan janji-janjiNya.

Pejuang doa perkasa ini meninggal tanggal 17 Februari 1912, kata-kata terakhirnya adalah : Bol, Visu Masih, Ki Jah – “Serukan Kemenangan Yesus Kristus”.

Sumber: Real Story For The Soul by Robert J.Morgan


No comments:

Post a Comment