Pengantar:
“Hidup sederhana”, apa maknanya bagi kita? Sederhana sering diidentikkan dengan “miskin”, “hidup serba kekurangan” secara ekonomi, sehingga orang Kristen menjadi bingung bahkan ada yang bersikap negative dan menolak untuk hidup sederhana. Hidup sederhana telah menjadi momok bagi kebanyakan orang, bukan hanya karena konotasi miskin yang melekat padanya, tetapi sederhana bisa berarti bermartabat rendah, tidak terpandang secara sosial dalam masyarakat. Melihat pengertian seperti ini, ternyata hidup sederhana telah mengalami penurunan arti yang signifikan.
Dalam suatu pepatah, sastrawan cina, Zhu Bolu (1617-1688), menyatakan kepada para ibu, “Perhatikanlah peralatan dapurmu sederhana dan bersih, maka akan membuatnya seakan terbuat dari perak”. Apa makna pernyataan ini, apa kaitannya dengan pengertian sederhana seperti yang telah dikatakan sebelumnya?
Sederhana ternyata tidak dikaitkan dengan miskin secara ekonomi, ataupun rendah secara sosial dalam masyarakat, tetapi lebih berhubungan dengan sikap hidup berkualitas, ketimbang hakikat kehidupan ekonomi maupun sosial.
Dan lagi, tatkala orang Krsten membaca II Korintus 8:9, ia akan berkata, nah, ini dia, TUHAN menghendaki kita menjadi kaya, ia tidak mau kita menjadi miskin, karena “Kristus telah menjadi miskin supaya kita menjadi kaya”.
Kesimpulan ini ternyata tidak sejalan dengan apa kata Firman Allah, “…mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan dan yang menenggelamkan manusia ke dalam reruntuhan dan kebinasaan” (Timotius 6:9). Dan lagi kata Firman, “Jangan bersusah payah menjadi kaya, tinggalkanlah niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali” (Amsal 23:5-6).
Jangan salah, Allah tidak menolak kekayaan atau mencipta kemiskinan. Allah mencipta manusia, kaya maupun miskin. (Amsal 22:2). Pada sisi lain, kekayaan tidak identik dengan berkat, karena setiap orang yang adalah milik Allah, pasti diberkati dengan cara-Nya yang berdaulat dan unik (Ulangan 28:1-14). Melihat uraian di atas, haruslah dipahami bahwa sederhana tidak identik dengan miskin dan tidak menolak kekayaan. Kalau demikian, apa sesungguhnya apa sesungguhnya hidup sederhana dalam pandangan Kitab Suci Alkitab?
I. KESEDERHANAAN BERARTI MEMBANGUN KEHIDUPAN DIA ATAS KEKAYAAN KRISTUS.
“ Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya. (II Korintus 8:9). Apa yang diajarkan oleh Allah melalui Firman-Nya?
“Hidup sederhana”, apa maknanya bagi kita? Sederhana sering diidentikkan dengan “miskin”, “hidup serba kekurangan” secara ekonomi, sehingga orang Kristen menjadi bingung bahkan ada yang bersikap negative dan menolak untuk hidup sederhana. Hidup sederhana telah menjadi momok bagi kebanyakan orang, bukan hanya karena konotasi miskin yang melekat padanya, tetapi sederhana bisa berarti bermartabat rendah, tidak terpandang secara sosial dalam masyarakat. Melihat pengertian seperti ini, ternyata hidup sederhana telah mengalami penurunan arti yang signifikan.
Dalam suatu pepatah, sastrawan cina, Zhu Bolu (1617-1688), menyatakan kepada para ibu, “Perhatikanlah peralatan dapurmu sederhana dan bersih, maka akan membuatnya seakan terbuat dari perak”. Apa makna pernyataan ini, apa kaitannya dengan pengertian sederhana seperti yang telah dikatakan sebelumnya?
Sederhana ternyata tidak dikaitkan dengan miskin secara ekonomi, ataupun rendah secara sosial dalam masyarakat, tetapi lebih berhubungan dengan sikap hidup berkualitas, ketimbang hakikat kehidupan ekonomi maupun sosial.
Dan lagi, tatkala orang Krsten membaca II Korintus 8:9, ia akan berkata, nah, ini dia, TUHAN menghendaki kita menjadi kaya, ia tidak mau kita menjadi miskin, karena “Kristus telah menjadi miskin supaya kita menjadi kaya”.
Kesimpulan ini ternyata tidak sejalan dengan apa kata Firman Allah, “…mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan dan yang menenggelamkan manusia ke dalam reruntuhan dan kebinasaan” (Timotius 6:9). Dan lagi kata Firman, “Jangan bersusah payah menjadi kaya, tinggalkanlah niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali” (Amsal 23:5-6).
Jangan salah, Allah tidak menolak kekayaan atau mencipta kemiskinan. Allah mencipta manusia, kaya maupun miskin. (Amsal 22:2). Pada sisi lain, kekayaan tidak identik dengan berkat, karena setiap orang yang adalah milik Allah, pasti diberkati dengan cara-Nya yang berdaulat dan unik (Ulangan 28:1-14). Melihat uraian di atas, haruslah dipahami bahwa sederhana tidak identik dengan miskin dan tidak menolak kekayaan. Kalau demikian, apa sesungguhnya apa sesungguhnya hidup sederhana dalam pandangan Kitab Suci Alkitab?
I. KESEDERHANAAN BERARTI MEMBANGUN KEHIDUPAN DIA ATAS KEKAYAAN KRISTUS.
“ Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh kemiskinan-Nya. (II Korintus 8:9). Apa yang diajarkan oleh Allah melalui Firman-Nya?
- Kesederhanaan berarti hidup dalam kehidupan Kristus yang penuh kasih karunia, yaitu kehidupan yang bersifat kekal dan pada masa depan (Yohanes 3:16). Inilah kekayaan yang sebenarnya (Filipi 2:1-11).
- Kesederhanaan berarti mengalami kehidupan Kristus, yaitu menjadikan kita kayak arena kemiskinan-Nya, di mana sekalipun “Anak Manusia tidak mempunyai untuk membaringkan kepala-Nya, Ia bangkit, Ia memberi, Ia meneguhkan, Ia mencukupkan, Ia menyembuhkan, Ia memenuhkan” (Lihat: Lukas 12:22-34).
- Kehidupan kesederhanaan di dalam TUHAN Yesus Kristus menjelaskan tentang adanya kualitas hidup yang tidak dapat dipecundang oleh kemiskinan maupun kekayaan, karena ini adalah kehidupan kekal yang tidak dapat binasa (Yohanes 6:47; 10:10; 28-29).
- Kehidupan kesederhanaan ini adalah kehidupan Kristus, yaitu kehidupan yang memberikan kepenuhan, yang hanya dapat diterima demi anugerah Allah semata. Kepenuhan hidup ini ditandai oleh kualitas dan tindakan hidup yang memberi, membebaskan, mengangkat, menyembuhkan dan meneguhkan.
II. KESEDERHANAAN BERARTI MEMBANGUN SIKAP RASA CUKUP TERHADAP SEGALA SESUATU.
“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup memberikan keuntungan besar” ( I Timotius 6:6. Apa yang diajarkan tentang bagaimana membangun dan mengamalkan kehidupan sederhana di dalam TUHAN Yesus Kristus?
- Menetapkan sikap, bahwa segala sesuatu dalam hidup, merupakan ibadah kepada TUHAN, sehingga Ia harus dipermuliakan (Roma 11:36).
- Mengambil sikap rasa cukup terhadap apa saja dalam kehidupan, Karen sudah memiliki yang terbaik (Roma 8:31-39).
- Menerangkan sikap sedang menikmati berkat besar yang disediakan TUHAN, yang dinikmati dengan penuh kesadaran dan rasa syukur (I Tesalonika 5:14-18).
Implikasi
1. Kehidupan kesederhanaan berarti bahwa apapun yang ada dan dikerjakan adalah berasal dari TUHAN, sehingga Ia harus dipermuliakan.
2. Kehidupan kesederhanaan dalam TUHAN, menegaskan bahwa harus ada penerimaan dan sikap rasa cukup atas semua pemberian-Nya.
3. Kehidupan kesederhanaan dalam Tuhan menjelaskan bahwa ada berkat besar dari TUHAN yang sedang dinikmati, yang harus dibagi.
KESIMPULAN
A. Kehidupan kesederhanaan menurut Alkitab adalah kehidupan di dalam Kristus, yaitu kehidupan yang kekal, kehidupan yang penuh, yang hanya dapat diterima demi anugerah Allah semata.
B. Kehidupan kesederhanaan adalah kehidupan yang harus disikapi dengan rasa kepenuhan, kecukupan dari TUHAN yang ditandai adanya kemauan untuk memberi, berbagi dan memberkati. Amin.
Pdt.Dr. Yakob Tomatala
No comments:
Post a Comment