Tuesday, April 19, 2011

Alasan Mendasar Melakukan Tugas Misi ( Kisah Para Rasul 6:1-7 )

Share Pengantar:

Pengertian misi secara umum adalah tugas yang dijalankan sebagai suatu kewajiban demi tujuan tertentu. Dalam konteks Alkitab, misi berarti kegiatan menyebarkan Injil Kerajaan Allah. Kata misi ini berhubungan dengan kata Yunani, “evangelion” yang secara literal diartikan sebagai upah yang diberikan kepada seorang pembawa berita kemenangan dari medan pertempuran.
Pada akhirnya, kata misi ini merujuk pada “berita kemenangan” itu sendiri yang disebut Kabar Baik yang mesti disiarkan, dipancarkan, disebarluaskan – disampaikan ke seluruh dunia.

Orang-orang yang diperkenankan membawa berita misi ini disebut mitra kerja Allah. Bila kita menjadi mitra kerja Allah dalam melaksanakan misi-Nya bagi dunia, ini adalah suatu penghormatan besar (privilege) yang tidak dapat disamakan dengan apa pun juga.
Bagaimana mungkin manusia yang telah tercemar karena dosa dimungkinkan dipakai Allah sebagai mitra-Nya? Allah dapat saja menggunakan hak-Nya sebagai Allah yang berkuasa tanpa melibatkan manusia.

Dalam pokok bahasan yang diambil dari Kisah Para Rasul 6:1-7, menjelaskan bentuk pengutusan khusus di dalam jemaat Yerusalem sehingga dilaporkan bahwa secara kuantitas para murid bertambah banyak karena melakukan tugas misi. Pertanyaannya adalah apa alasan atau mengapa melakukan tugas misi?

I. Alasan Kekekalan ( ayat 1 )

Tugas misi telah dimulai dari surga untuk menggapai manusia. J. Simmerman menyatakan bahwa surga adalah home base dari zending. Artinya, pengutusan itu berawal dari karya Allah yang aktif untuk menggapai manusia di bumi. Dari sini kita dapat membuktikan bahwa Allah peduli dengan kehidupan manusia karena didesain menurut gambar dan rupa-Nya sendiri yang harus dipulihkan sesuai rencana-Nya. Perwujudan pemulihan ini dkerjakan secara tuntas oleh Tuhan Yesus Kristus di kayu salib dengan cara mengambil rupa sebagai manusia – rela berkorban demi seluruh umat manusia. Kalau bukan alasan kekekalan, mustahil kita menjadi mitra kerja Allah dalam tugas misi.

II.Alasan Delegatif ( ayat 2-4 )

Seperti diketahui bahwa para rasul tidak melakukan sendiri tugas penggembalaan – tugas pemberitaan. Tugas penggembalaas adalah tugas bersama. Dalam konteks ayat 2, para rasul melakukan pendekatan delegatif yang memuat ajaran bahwa tugas misi adalah tugas gereja yang dilakukan secara bersama.
Terjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia sehari-hari berbunyi, Oleh sebab itu, kedua belas rasul-rasul itu mengumpulkan semua pengikut dan berkata kepada mereka, “Tidak baik kalau kami berhenti memberitakan perkataan Allah, karena harus mengurus soal-soal makanan. Jadi, baiklah saudara-saudara memilih dari antaramu tujuh orang yang mempunyai nama baik dan dikuasai Roh Allah serta bijaksana, yang dapat kami tugaskan mengurus soal-soal ini”. Artinya, mereka membagi tugas penggembalaan kepada anggota jemaat yang memenuhi criteria tertentu sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dari kebenaran ini, kita dapat menyatakan bahwa keberhasilan misi di dalam jemaat sangat berhubungan dengan sikap sense of belongings seluruh jemaat untuk melakukan tugas misi. Bila sikap ini telah membudaya, tidak mustahil, banyak jiwa datang menyaksikan kemurahan Allah, Banyak jiwa mendapatkan pembebasan. Banyak jiwa dipuihkan.

III. Alasan Ekspansif (ayat 5-7)

Pemilihan tujuh orang dari antara ribuan jemaat untuk menjadi pelayan meja pada ayat 3 adalah pemilihan bersyarat – bukan pemilihan sembarangan. Orang yang dipilih menjadi mitra kerja Allah adalah orang yang berkualitas untuk tujuan perluasan Injil Kerajaan Allah di segala lini. Kriterianya adalah terkenal baik, penuh roh dan hikmat.
Akibat dari ketetapan pemilihan ini, di dalam ayat 7, dilaporkan bahwa Firman Allah makin tersebar dan murid Kristus semakin bertambah banyak. Tidak hanya itu, para pembesar pun – sejumlah besar para imam, ikut bertekuk lutut di bawah kaki Kristus. Adakah yang berjiwa misi seperti Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus di jemaat kita?

Kesimpulan

Menjadi mitra kerja Allah dalam hal melakukan tugas misi (pemberitaan Injil) tidak akan terlaksana tanpa alasan yang jelas. Alasan pertama adalah karena rencana Allah sejak semua, Alasan kedua adalah hak istimewa dengan memakai manusia sebagai alat di tangan-Nya. Alasan ketiga adalah alasan perluasan Injil di seluruh dunia.
Dengan berlandaskan pada ketiga alasan ini, umat Allah tidak lagi berdiam diri; umat Allah tidak lagi berpangku tangan.
Marilah kita melakukan tugas pemberitaan Injil dengan roh yang menyala-nyala – menawarkan ide dan tenaga untuk mewujudkan tujuan misi Allah. Marilah bangkit dari sikap saling menunggu. Marilah kita buktikan perkataan Emil Brunner, seorang teolog terkenal yang menyatakan, “ Di mana ada nyala api, disitu ada api, dan dimana aa yang bermisi, di situ ada gereja yang bertumbuh.”
Kirany Tuhan menolong kita untuk mewujudkan tugas ini dengan setia sampai kita menutup mata dan kembali kepada-Nya untuk selama-lamanya.. Amin

Pdt. Nasokhili Giawa, M.Th

Read More

Monday, April 18, 2011

Pengorbanan Kristus- Dasar Reformasi Kehidupan Kristen

Share
Pengantar:

Pengorbanan Yesus Kristus yang merupakan landasan kehidupan Kristen sering dipahami secara sempit dari sisi rohani saja. Adalah benar bahwa pengorbanan Yesus Kristus adalah untuk menyelesaikan masalah dosa dan maut ( Yesaya 53; Yohanes 1:29; I Korintus 15:3-7; 55:58),namun perlulah dipahami secara awal bahwa pengorbanan Yesus Kristus itu adalah membawa transformasi kehidupan secara menyeluruh (Roma 8:31-39; II Korintus 5:17).

Dengan demikian, haruslah dipahami bahwa pengorbanan Yesus Kristus bersifat utuh, memiliki kuasa yang membawa dampak pembaharuan (reformasi-transformasi) secara menyeluruh pula. Hal ini berarti bahwa setiap orang yang telah dipilih untuk menjadi milik Kristus (Efesus 1:4-14; 2:8-10; 1 Petrus 2:9-10; Kel.19:4-6).

Tekanan yang perlu diperjelas disini ialah bahwa apabila pengorbanan Yesus Kristus adalah untuk orang percaya secara utuh, maka seharusnya pengorbanan Yesus yang membawa reformasi-transformasi itu mendatangkan dampak positif bagi kehidupan nyata dari setiap orang Kristen. Singkatnya kehidupan orang Kristen seharusnya menjadi lebih baik , lebih berkualitas, lebih damai dan lebih sejahtera dalam segala bidang hidup.

Bagaimana kita dapat mengalami kebenaran tentang pengorbanan Yesus Kristus yang membawa reformasi-transformasi seperti ini secara menyeluruh yang olehnya kita menjalani kehidupan yang berkualitas itu kini?

I. PENGORBANAN YESUS ADALAH DASAR REFORMASI HIDUP YANG DIMULAI DENGAN TRANSFORMASI HATI.

Apa makna pernyataan yang menegaskan bahwa pengorbanan Yesus Kristus adalah dasar reformasi hidup yang diawali dengan transformasi hati? Perhatikan bagaimana Yesus Kristus membangun dan menuntut bahwa kebenaran ini harus didahulukan.

A. Reformasi-transformasi hati terlihat tatkala Yesus menanggapi pertanyaan Pilatus, dimana Ia menegaskan bahwa setiap kebenaran harus diwujudkan dari hati. “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri” (Yohanes 18:34a).
B. Reformasi-transformasi hati meneguhkan untuk hidup dalam kebenaran, sehingga tidak diombang-ambingkan oleh faktor “orang lain” atau “ketidakpastian sikap”. (Yohanes 18:34b).
C. Reformasi-transformasi hati memastikan adanya kekuatan untuk tidak terintimidasi oleh sikap orang lain “bangsamu dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan engkau kepadaku. (Yohanes 18:35)

Implikasi:

1.Reformasi-transformasi membarui hidup dengan mengubah hati menjadi benar, sehingga menjadi landasan kuat bagi kehidupan dan sikap hati yang benar meneguhkan untuk mempertahankan kebenaran (Banding: Pilatus yang plin-plan; Yohanes 18:38b; 19:4; 6b).
2.Reformasi-transformasi meneguhkan untuk hidup dalam kebenaran yang menguatkan untuk tetap tegak ditengah pengaruh orang lain.
3.Reformasi-transformasi menyediakan kekuatan untuk hidup dalam kebenaran sekalipun ada ancaman dari siapapun dan apapun.

II. PENGORBANAN YESUS KRISTUS ADALAH KEKUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN DAN MENDATANGKAN SEJAHTERA.

Apa sesungguhnya makna dari kebenaran bahwa pengorbanan Yesus Kristus adalah kekuatan yang dibangun di dalam kebenaran yang memerdekakan dan mendatangkan sejahtera?

A. Pengorbanan Yesus Kristus kekuatan kebenaran reformatif-transformatif yang tidak .goyah untuk meniru kekuatan dunia yang “melawan dengan kekerasan” (Yohanes 18:36), sehingga membawa dan melahirkan kekacauan yang dashsyat.
B. Pengorbanan Yesus Kristus adalah kepastian kebenaran reformatif-transformatif yang tidak membenarkan diri, yang meneguhkan untuk hidup dalam kebenaran dan membagi kebenaran, sehingga damai sejahtera tersebar melimpah kepada lebih banyak orang (Yohanes 18:37; 8:31-36; Galatia 5:1; Yesaya 32:17; Banding: iblis dalam Yohanes 8:44).

Implikasi :

1. Reformasi-transformasi memberi kekuatan untuk hidup dalam kebenaran yang diwujudkan dalam sikap yang lemah lembut yang membawa kedamaian-kesejahteraan (Matius 5:5-6).
2. Reformasi-transformatif meneguhkan kekuatan untuk mempertahankan dan mengamalkan kebenaran yang membawa kedamaian kesejahteraan secara nyata serta meluas.

KESIMPULAN

Pengorbanan Yesus Kristus yang membawa reformasi-transformasi menyentuh kehidupan manusia secara menyeluruh sehingga setiap orang yang telah ditebus, dibaharui secara utuh, yang meliputi beberapa kisi kehidupan nyata antara lain:

1. Membaharui kehidupan yang menyentuh hati, sehingga orang Kristen dapat hidup dalam kebenaran yang meneguhkan kehidupan menjadi lebih berkualitas.

2. Memberikan kekuatan untuk hidup mengamalkan kebenaran dengan membawa serta menyebarkan damai sejahtera kepada lebih banyak orang, sehingga berkat Allah melimpah kepada semua orang dimana orang Kristen berada.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus meneguhkan dan memberkati kita untuk hidup dalam kebenaran yang membawa damai sejahtera bagi diri dan orang lain dimana kita berada, dengan menjadi berkat kepada mereka. Amin.

Pdt.Dr.Yakob Tomatala Read More